PRINSIP DASAR TEORI PERTUMBUHAN WILAYAH

A. NeoKlasik

1. Faham keseimbangan Dinamis (Equilibrium)

    Mekanisme keseimbangan pasar secara otomatis.

2. Hambatan jarak diabaikan.

3. Faktor produksi (dapat diperoleh) sama di semua wilayah.

4. Ekonomi merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan wilayah.

5. Perkembangan ekonomi dapat diramalkan. 

     (Richardson, 1979) ; (Chrisholm,1990)

Keuntungan :

- Memaparkan kondisi wilayah dan dapat mengarahkan kebijaksanaan (Sifatnya jangka Panjang).

Kelemahan :

1. Menganggap semua wilayah full employment.

2. Keseimbangan terjadi pada keadaan pasar sempurna. 

    Kenyataannya perlu intervensi.

3. Menganggap komoditasnya tunggal, kenyataannya beragam.

4. Modal dan tenaga kerja tidak homogen.

5. Terlalu rumit dan kurang dapat memecahkan permasalahan yang terjadi sesungguhnya.

B. Basis Ekonomi (Economics Base)

1. Kegiatan basis

    Kegiatan yang berorientasi ekspor, melayani wilayah luarnya.

2. Kegiatan non basis

    Kegiatan lokal yang bersifat melayani kegiatan lainnya (basis).

    (Tiebot, 1956 dalam Friedman dan Alonso, 1975)

3. Suatu wilayah akan lebih berkembang, jika ada interaksi dengan luar wilayah. (Friedman dan Alonso, 1975)

4. Pembangunan pada beberapa sektor diharapkan dapat menimbulkan pengaruh Backward linkage dan Forward linkage. (Poernomosidi, 1974)

Keuntungan :

1. Adanya  kegiatan basis akan mendorong pertumbuhan kegiatan lain.

2. Memperhitungkan faktor ekspor.

3. Metoda ini tidak mahal, dan dapat diterapkan berdasarkan data sebelumnya untuk mengetahui pola yang terjadi.

4. Kita dapat mengetahui pola pertumbuhan dan ketergantungan tingkat pertumbuhan wilayah terhadap pertumbuhan perekonomian nasional.

Kelemahan :

1. Sektor basis belum tentu menimbulkan efek multiplier.

2. Timbulnya suatu wilayah tergatung dari permintaan luar.

C. Tahap-tahap Perkembangan Wilayah

Perkembangan wilayah terjadi melalui mekanisme tahapan perkembangan ekonomi secara gradual menurut terminologi Rostow, dimana dalam prosesnya peanan kebijaksanaan pemerintah sangat diperlukan (Friedman, 1966 dalam Gove, 1988):

1. Masyarakat Tradisional/Subsisten.

2. Prasyarat untuk tinggal landas/spesialisasi lokal.

3. Tinggal landas/perdagangan antar wilayah.                    

4. Tahap dewasa (Maturity)/Industrialisasi.

5. Konsumsi tinggi/Spesialisasi Industri Tersier.

Keuntungan :

1. Pertumbuhan wilayah mempunyai landasan yang kuat karena dilakukan secara bertahap dan berdasarkan kemampuan serta potensi diri.

2. Dampak-dampak negatif pembangunan  dapat diminimalisir karena ada intervensi pemerintah.

Kelemahan :

1. Pertumbuhan bersifat evolusi dan tidak dapat dilakukan lompatan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan wilayah.

2. Asumsi kondisi setiap wilayah sama dalam faktor rasio modal-output.

3. Penghapusan pengangguran tidak diperhitungkan.

4. Pembangunan ekonomi tidak berjalan spontan (lama).

D. Pertumbuhan Wilayah Yang Tidak Seimbang  (Unbalanced Growth Theory)

1. Esensi pembangunan wilayah tidak dapat dilakukan secara merata, sebagai akibat karakteristik-karakteristik setiap wilayah yang berbeda-beda. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak seimbang.

2. Pengaruh titik-titik pertumbuhan (Growth Point) terhadap daerah hinterland-nya. (Myrdal dan Hyrrschman dalam Friedman dan Alonso, 1975) secara :

      • Spread Effect or Tackle Don Effect (Pengaruh menguntungkan)

      • Backwash Effect or Polarizaton Effect (Pengaruh merugikan)

3. Timbulnya fenomena disparitas wilayah, dependensi wilayah, dan sistem tata kerja internasional baru (NIDL).

Keuntungan :

1. Wilayah yang mempunyai karakteristik-karakteristik/potensi yang lebih menguntungkan dapat berkembang lebih cepat dari yang lainnya.

2. Dapat menarik arus modal masuk yang meningkat ke wilayah tersebut.

Kelemahan :

1. Proses pelaksanaannya makin meningkatkan kesenjangan pembangunan antar wilayah.

2. Pertumbuhan pusat-pusat pertumbuhan lebih cenderung bersifat menguras daripada menjalarkan pembangunan ke hinterland-nya.

3. Menimbulkan ketergantungan (Dependensi) wilayah yang kurang berkembang terhadap wilayah lain yang lebih berkembang.

E. Disparitas Wilayah

1. Pembangunan yang tidak seimbang dengan mengandalkan titik-titik pertumbuhan dapat memungkinkan terjadinya Backwash Effect atau Polarization Effect faktor-faktor ekonomi dari wilayah kurang berkembang ke wilayah yang lebih berkembang. (Hirschman, 1968 dalam Nurzaman, 1997)

2. Kesenjangan antar wilayah berkembang dengan wilayah maju merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari seiring dengan pertumbuhan suatu wilayah. (Wiliamson, 1965)

3. Polarization Reversal (Titik balik disparitas suatu wilayah).

F. Dependensi

Sebagai penerapan konsep Growth Pole dan turunannya Growth Centre menimbulkan adanya ketergantungan wilayah-wilayah kurang berkembang terhadap wilayah-wilayah yang lebih maju.

Prinsip dasar dari konsepsi dependensi (ketergantungan) adalah keterkaitan dalam penyediaan sumber daya (alam dan manusia) yang lebih bersifat menguras antara wilayah berkembang oleh wilayah yang lebih maju.

(Forbes and Thrift dalam Fuchs, Jones dan Pernia, 1987)

Keuntungan :

1. Faktor-faktor non ekonomi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembangunan.

2. Terfokus pada proses bagaimana untuk pengembangan wilayah.

Kelemahan :

1. Hubungan antara center dan priphery besifat menguras.

2. Terdapat monopoli kapital, dimana mekanisme pasar tidak bekerja dengan baik.

3. Teknik-teknik pendekatan masih perlu dikembangkan.

G. New International Division of Labour (NIDL)

1. Internasional industri (secara global) lebih besifat padat modal daripada padat tenaga kerja.

(Forbes dan Thrift dalam Fuchs, Jones dan Pernia, 1987)

2. Adanya disintegrasi produksi (Unit-unit produksi)

3. NIDL             Sistem produksi global.

4. Akar industri yag tidak kuat dan nilai tambah yang sedikit.     

Keuntungan :

1. Sebagai pemacu pertumbuhan wilayah.

2. Dapat menarik modal asing yang banyak.

Kelemahan :

1. Rentan dalam kegiatan produksinya karena sangat bergantung pada manajemen pusat, jika ada kondisi-kondisi yang kurang menguntungkan dalam proses produksi di suatu negara yang masuk dalam sistem produksi global tersebut.

2. Cenderung bersifat hanya ingin menguasai perekonomian negara-negara sedang berkembang oleh negara-negara maju.

3. Menimbulkan persoalan urbanisasi.