Pengembangan wilayah Pertanian berdasarkan pertimbangan ekonomi


Pertimbangan lokasi kegiatan pertanian berdasarkan pengaruh faktor ekonomi dikemukakan oleh Von Thunen. Menurut Von Thunen, produk pertanian yang tahan simpan hendaknya diusahakan pada lokasi yang lebih jauh dari pasar sedangkan produk yang harus dikonsumsi segar dihasilkan pada lokasi yang lebih dekat dengan perkotaan (Mather, 1986). Selain itu, untuk menghasilkan secara ekonomis kegiatan pertanian harus memperhatikan syarat tumbuh tanaman, yang sangat terkait dengan kondisi fisik lahan (Adiwilaga, 1985). 

Kondisi fisik lahan terkait dengan struktur internal (drainase dan hara tanah) dan kondisi lingkungan (iklim dan geografis). Tanah yang subur mempunyai sifat fisik yang baik, cukup hara dan air serta tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tanaman (Adiwilaga,1985). Sedangkan sub faktor yang dapat menjadi indikator untuk menentukan pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian adalah topografi, kemiringan lereng, kondisi lapisan tanah, kemampuan lahan yang berkaitan dengan kondisi struktur tanah, pola iklim yang berkaitan dengan curah hujan, kondisi geologi, ketersediaan sumber daya air dan kerentanan terhadap bencana (Sugiharto, 2001). Penyesuaian lokasi pengembangan pertanian dengan cuaca dan iklim dikarenakan sebagian besar kegiatan pertanian dilakukan di lahan terbuka. Jumlah dan distribusi curah hujan sepanjang tahun serta suhu dan temperatur menentukan jenis tanaman yang dapat ditanam di suatu tempat secara ekonomis. Temperatur di Indonesia terkait dengan ketinggian di atas  permukaan laut (Mather, 1986). Akan tetapi permasalahan iklim yang tidak sesuai sebenarnya bisa diatasi dengan teknologi (Mather, 1986). Pada saat ini banyak diciptakan varietas baru yang bisa menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang ada. Iklim buatan juga dapat diterapkan, misalnya dengan rumah kaca. Namun kendalanya, iklim dan tanah buatan biayanya lebih mahal. Kegiatan pertanian lebih baik dilakukan pada lahan yang sesuai kondisi fisiknya dengan kebutuhan tanaman, walaupun lokasinya jauh. Namun di sisi lain, kondisi ini harus didukung oleh keberadaan sarana transportasi. Kondisi lahan juga membatasi kegiatan pertanian yang dapat dilakukan (Adiwilaga, 1985). 

Persawahan tidak dapat dibuat pada tanah yang terdiri dari batu kapur yang mudah larut, karena penjenuhan air dapat membuat tanah amblas. Pada tanah yang bersifat mengembang juga tidak dapat dijenuhi air karena dapat terjadi longsor, walaupun dibuat teras. Tanah seperti ini hanya dapat ditanami tanaman berumur panjang, termasuk rumput yang berumur panjang (perennial).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar